Program Studi Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) kembali mengadakan Kuliah Tamu Etika Profesi pada Sabtu (20/11/2021) dan diselenggarakan secara online menggunakan platform zoom meeting. Pada Kuliah Tamu Etika Profesi kali ini mengundang Denny Yusuf selaku Product Manager at Umma Indonesia.
Dalam sambutannya, Haryono Setiadi, selaku dosen Mata Kuliah Etika Profesi Program Studi Informatika menjelaskan tujuan diselenggarakannya kuliah tamu ini agar mahasiswa maupun mahasiswi mendapatkan gambaran mengenai karir dunia IT serta memperkecil gap antara mahasiswa prodi informatika dengan dunia industri IT. Selain itu, kuliah tamu ini diadakan secara rutin pada tiap semesternya sebagai bagian dari perkuliahan Etika Profesi Prodi Informatika.
Denny Yusuf selaku pembicara memberikan beberapa poin penting terkait isu pada mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja yaitu isu humility, punctuality, competency, dan money vs impact.
“Beberapa dari kita diberkahi dengan masuk di best university, menjadi ketua organisasi, juara kompetisi dan lain lain, hal ini dapat membuat kita merasa jadi superior dibanding yang lain. Seharusnya kita tetap menjadi humble karena kita masih harus belajar lebih banyak di tempat kerja. Di sisi lain skill yang dibutuhkan sekarang mungkin berbeda dengan skill yang dibutuhkan beberapa tahun lagi. Dengan kerendahan hati atau humility dapat membuat kita semua dapat terus belajar lebih dari semua hal dan semua orang.”, papar Denny Yusuf pada saat menjelaskan tentang isu humility.
“Dari pengalaman saya, banyak mahasiswa yang memiliki isu dengan ketepatan waktu. Hal ini tidak dapat diterima dalam lingkungan professional. Ini dapat mengefek kepada peforma review rendah, image buruk, dan bahkan penalty di beberapa company.“ papar Denny Yusuf ketika menjelaskan tentang isu Punctuality. Kita harus dapat menghargai orang lain dengan menghargai waktu mereka, Jika kita terlambat maka kita dapat mengganggu waktu yang seharusnya dapat digunakan orang lain.
Kompetensi yang diperlukan tiap tahun dapat berganti. Denny Yusuf menyarankan beberapa hal pada saat menjelaskan poin competency :
- Menerapkan deliberate practice dimana otak menjadi tidak selalu nyaman karena kita harus belajar hal baru. Jangan hanya fokus dalam mengerjakan kompetensi yang ada pada perusahaan, tetapi belajar juga untuk memenuhi demand market selanjutnya.
- Mengikuti passion dapat menjadi hal yang buruk. Kita akan mencintai pekerjaan kita ketika kita dapat mengerjakan segala sesuatu hal dengan baik
- Ketika kerja kita harus menggunakan 20% waktu untuk belajar hal baru. Dengan cara ini maka 80% dari waktu kerja akan menjadi lebih efektif dan effisien. Bahkan google menggunakan 20% rule, 20% ini digunakan untuk mengerjakan hal yang mereka sukai dimana hasilnya menjadi produk Gmail dan adsense
“Kita perlu meningkatkan craftman mindset: apa yang sebenarnya bisa kita berikan kepada dunia, bukan apa yang dunia berikan ke kita. Dengan hal tersebut kita dapat memiliki motivasi tambahan dalam bekerja”, papar Denny ketika menjelaskan tentang isu money vs impact. “Tapi di sisi lain kita harus follow the money , kalau misal career capital kita mampu menghasilkan banyak uang, berarti kemungkinan besar skill kita merupakan skill yang banyak dicari. Kenapa seperti itu karena uang merupakan satu satunya metric yang semua orang percaya bahwa itu bagus, uang merupakan hal yang penting. Walaupun uang bukan segalanya, tetapi dengan uang kita dan keluarga kita dapat mengakses fasilitas kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang lebih baik, dan kesempatan memiliki kualitas hidup yang lebih baik.” lanjut pemaparan dari Denny Yusuf.